Monday, November 21, 2011

EKSPLORASI MISTERI ALAM SEMESTA DALAM SEMANGAT ILMIAH


Oleh :Muhammad Muhibbuddin*
Hingga saat ini, meskipun kemajuan sains dan teknologi begitu berkembang dengan pesatnya untuk mengungkap misteri alam semesta, belum diketahui secara pasti (sure) dan jelas (clear) tentang gambaran alam semesta yang sesungguhnya berikut batas-batasnya. Alam semesta hingga detik ini tetap diselimuti oleh berlapis-lapis misteri yang tak terungkap. Barangkali kalau dunia dan alam semesta ini dilingkupi oleh berlapis-lapis ruang, maka ilmu pengetahuan manusia baru mampu sisi-sisi dari satu ruang saja. Di baliknya, masih terdapat berlipat-lipat ruang yang belum tersentuh.
Para ilmuwan sendiri masih berbeda-beda dalam memandang alam semesta. Teori atom saja masih mengandung banyak perdebatan di kalangan para ilmuwan. Apalagi hal-hal yang lebih makro, tentu sulit menemukan titik temu yang bisa menjamin keutuhan pandangan soal alam semesta.  Namun justru inlah manfaat besarnya di balik misteri alam semesta itu.  Dengan masih banyak tersisanya misteri alam semesta, masih banyaknya realitas yang belum terungkap inilah peradaban dan sejarah manusia terus hidup dan tumbuh berkembang. Seandainya alam semesta ini sudah sepenuhnya terkuak sehingga tidak lagi menyisakan misteri, mungkin kehidupan dan sejarah manusia sudah mandek dan bahkan mati. Dengan berlipat-lipatnya misteri, manusia masih terdorong untuk terus bekerja menemukan hal-hal baru untuk memperbaharui peradaban dan sejarahnya.
Sehingga dengan demikian,  nadi kehidupan manusia di muka bumi masih terus berdenyut. Karena itu pula dalam prinsip ilmiah, tidak ada yang namanya kebenaran final. Teori dikatakan benar dan valid dalam konteks sains tentu masih dalam tahap koridor relatifitas raung dan waktu (spacio temporal) sehingga terbuka untuk diperdebatkan, dipersoalkan bahkan diperbarui. Orang sekarang mengatakan bahwa bumi adalah bulat telur. Dan sebelumnya dikatakan kalau bumi itu datar. Pandangan soal bumi yang berbentuk datar menjadi runtuh tergantikan oleh pandangan baru bahwa bumi itu bulat telur. Namun, tidak ada jaminan bahwa pandangan soal bentuk bumi yang bulat telur itu merupakan kebenaran yang final. Ini justru menjadi tantangan generasi manusia selanjutnya untuk membantah teori itu. Kebenaran itu hanya berlaku untuk sekarang dan belum tentu besok, entah berabad abad lagi, pandangan tersebut masih terus berlaku.
Setiap penemuan ilmu pengetahuan dari eksplorasi alam semesta bukannya menghasilkan kejelasan, tetapi sebaliknya justru menyisakan pertanyaan dan persoalan baru. Memang, awalnya seorang ilmuwan bekera dalam rangka untuk menawab dan mengungkap sebuah problem. Tetapi ketika dia menjelaskan dan mengungkapkan problem, tidak serta merta problem tersebut terjelaskan dan terurai secara gamblang dan jelas. Di balik kejelasan dan jawaban itu justru muncul pertanyaan,  persoalan dan misteri baru dan begitu seterusnya. Sehingga dalam  spirit ilmiah, jawaban adalah sebuah pertanyaan baru. Inilah keunikan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia .
Bumi dan angkasa raya
Bila ditanya sudah berapa jauh manusia dari berbagai generasi mengungkap alam semesta? Tidak usah jauh-jauh, dalam bumi saja yang merupakan satu dari sekian ribu planet, sudah berapa dalam manusia mengetahui soal seluk beluk bumi?  Tentu belum seberapa. Manusia mengenal bumi masih dalam tahap permukaan. Ini masih dalam satu planet. Padahal kita tahu bahwa di alam semesta ini ada beribu-ribu planet, beribu-ribu galaksi dan jutaan bintang. Melihatnya begitu banyak dan kompleksnya benda-benda alam semesta, tentu pengetahuan kita soal alam semesta masih sangat minim.
Apalagi kalau kita dihadapkan pada ruang angkasa atau antariksa.  Dari sekian miliar penduduk bumi pengetahuannya tentu masih sedikit soal angkasa luar. Hingga saat ini, jumlah manusia yang mampu menginjakkan kakinya di luar angkasa masih bisa dihitung jari. Itupun belum sepenuhnya mampu menguak sisi-sisi terdalam dari angkasa luar. Pada permulaan abad XX dunia dikejutkan dengan mendaratnya tiga astronot Amerika ke bulan yaitu Neil Amstrong, Edwin Aldrin dan Michel Collins. Ketiga awak astronot ini dikenal sebagai orang pertama yang telah menginjakkan kakinya di bulan lewat proyek Apollo. Proyek Apollo ini merupakan gebrakan baru dari John F. Kennedy yang pada waktu itu menjadi presiden Amerika Serikat. Dengan megaproyeknya inilah Kennedy dimasukkan dalam seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah oleh Michel Hartz. Dan ketiga astronot itu juga dianugerahi penghargaan oleh kongres Amerika.
Namun, sejauh mana pengethauan manusia soal bulan hingga saat ini. Tentu saja bulan masih menjadi fenomena misterius. Mungkin untuk menguak secara maksimal sisi –sisi sebuah fenomena alam semesta, dibutuhkan ratusan generasi. Entah dibutuhkan berapa ratus generasi manusia lagi untuk mengeksplorasi satu planet atau satu bintang?
Angkasa luar oleh para ilmuwan disebut dengan bagian dari “yang kosong” dari alam semesta. Keberadaannyadi luar atmosfir bumi. Orang yang ke luar angkasa artinya orang yang keluar dari ruang atmosfir bumi. Angkasa luar ini merupakan ruang yang menjadi pembeda dari ruang udara. Artinya di angkasa luar itu tidak ada udara. Sehingga para astronot yang menelajah ruang angkasa harus mempunyai bekal oksigen yang cukup. Atmosfir  bumi sendiri tidak mempunyai batas yang pasti. Namun semakin tinggi , artinya semakin mendekati ruang angkasa luar, lapisannya semakin menipis. Sehingga atmosfir sendiri tidak mempunyai batasan yang jelas dengan angkasa. Federation Aeroneutique Internationale (FAI) menetapkan perkiraan bahwa batas antara atmosfir dengan angkasa adalah 100 KM.
Benda-benda angkasa, termasuk planet-planet diselubungi oleh magnetosfer. Magnetosfer merupakan lapisan medan magnet yang menyelubungi atau menyelimuti  benda angkasa. Beberapa planet seperti Bumi, Markurius, Saturnus, Uranus, Neptunus , Mars, Jupiter dan Pluto diselimuti oleh magnetosfer. Planet Mars juga memiliki magnetasi di permukaan yang polanya terpetak-petak. Istilah magnetosfer juga  digunakan sebagai gambaran  daerah medan magnet dari benda-benda langit yang mendominasi seperti magnetosfer pulsar.
Magnetosfer bumi sendiri disebabkan oleh inti bumi yang tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh molekul inti bumi yang senantiasa bergerak dengan super cepat oleh pengaruh gaya gravitasi. Gerakan inilah yang melahirkan arus listrik sehingga menciptakan medan magnet raksasa yang dikenal dengan magnetosfer.
Tentu saja itu adalah bagian kecil dari pengetahuan unsur-unsur alam semesta yang jumlahnya jutaan dalam berbagai macam galaksi yang jumlahnya juga luar biasa banyak. Sehingga kerja ilmiah tentunya masih terus menjadi PR bagi setiap generasi manusia untuk mengungkap dan menelusuri jejak-jejak misteri alam semesta yang seolah tak terbatas itu. Maka, pertanyaan sampai kapan alam semesta yang meliputi bumi dan ruang angkasa itu sepenuhnya terkuak, merupakan pertanyaan yang tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah manusia senantiasa menikmati penelusuran ilmiahnya terhadap misteri alam semesta yang nampak tak terhingga itu sehingga mampu menggali hal-hal baru dan bermanfaat besar bagi kehidupannya.  
*Muhammad Muhibbuddin adalah anggota diskusi filsafat ZAT Community Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment