Saturday, November 19, 2011

ISLAM DAN KESELAMATAN LINGKUNGAN


Oleh :Muhammad Muhibbuddin*
Konferensi internasional Muslim untuk perubahan iklim pernah di gelar di IPB, Bandung pada Sabtu (10/4/2010) . Konferensi para ulama, cendekiawan dan aktifis LSM Muslim dunia selama dua hari di IPB International Convention Centre kota Bogor itu telah menghasilkan beberapa keputusan terkait dengan keselamatan lingkungan.Dalam keputusan akhir peserta konferensi Internasional Muslim I untuk Perubahan iklim itu menyepakati suatu komunike yang memastikan muslim sedunia harus peduli pada perubahan iklim serta aktif memahami, beradaptasi dan mengatasinya. Selain itu peserta sepakat juga untuk mejadikan dan mendukung kota Bogor sebagai sebagai kota hijau lestari. (Kompas, 12/4/2010). Konferensi ini merupakan respon dan pernyataan sikap dari umat Islam dunia terhadap perubahan iklim global yang saat ini tengah mengancam kehidupan.
Islam terhadap lingkungan
Secara normatif  Islam sebenarnya sangat peka dan peduli terhadap persoalan lingkungan. Nilai-nilai Islam, baik yang tersurat maupun yang tersirat, banyak  menyinggung dan membahas tentang perlunya menghargai dan menyelamatkan lingkungan hidup. Dan begitu juga sebaliknya Islam sangat mengecam dan melarang keras terjadinya berbagai kerusakan alam di muka bumi. ..”Dan Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “ begitulah firman Allah dalam surat Al-Qashas:77. Jadi jelas bahwa perbuatan merusak (destructiveness) pada dasarnya sangat dimurkai oleh Allah, bukan hanya dalam kontek teologis, tetapi juga kosmologis.
Alam semesta baik laut, darat dan udara pada prinsipnya adalah nikmat besar Allah yang harus dijaga kelestariannya. Pelestarian alam semesta merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan hidup dalam tata kosmos. Langit dan bumi dengan segala isinya, termasuk matahari, bintang-bintang, air, udara, tumbuh-tumbuhan dan binatang, merupakan anasir kehidupan dalam komposisi ekosistem yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara seimbang di bawah komando hukum alam (sunnatullah). Manusia sebagai khalifah di muka bumi mempunyai kewajiban untuk menjalin keharmonisan dan keserasian hubungan interrelasi dengan kompleksitas unsur kehidupan yang menjadi bagian dari ekosistem itu.
Sebab, dengan terciptanya keserasian dan keharmonisan hubungan dalam sistem antropokosmik itulah keseimbangan kosmologis bisa terjaga. Kebahagian, kesejahteraan dan keselamatan hidup di dunia bisa terwujud sangat tergantung pada keseimbangan kosmologis ini. Ketika  ketidakseimbangan kosmos tidak terjaga, maka yang bakal terjadi adalah chaos. Perbuatan merusak dan mengeksploitasi alam semesta sehingga menimbulkan keruskan di berbagai lini kehidupan---darat, laut dan udara---sama halnya merusak keseimbangan alam yang menimbulkan bencana dan malapetaka.
Lebih jauh, dalam perspektif Islam, alam tidak hanya dimaknai sebagai tempat untuk hidup yang pasif. Lebih dari itu, oleh Islam, alam dipandang sebagai ayat-ayat kebesaran Tuhan. Di balik alam semesta itulah tersembunyi kebenaran abadi. Dalam perspektif Deridean, alam merupakan teks yang menjadi lokus kebenaran. Alam sebagai tanda kebesaran Tuhan merupakan teks besar di mana kebenaran sejati (Tuhan) tersembunyi di baliknya. 
Kalau hendak mengetahui keberadaan kebenaran sejati itu, baca dan singkaplah alam semesta. Karena alam merupakan simbol kehadiranNYA. Lewat alam itulah Allah mengenalkan dirinya kepada manusia, lewat keagungan alam dan hukum-hukumNYA itulah Allah menampakkan dan mentajallikan dirinya. Sebagaimana kata Filsof muslim, Muhammad Iqbal bahwa Allah menampakkan kebesarannya lewat al-Qur’an, akal manusia dan juga alam semesta.Maka dari itu, Islam senantiasa menyuruh umatnya untuk merenungi dan mentafakkuri kejadian alam semesta.
Katakanlah, perintah Allah dalam surat Yunus:101, “perhatikan  apa yang ada di langit dan bumi”. Perintah ini sangat penting. Karena dengan mentafakkuri dan merenungkan secara mendalam terhadap fenomena alam semesta, manusia akan bisa menyingkap rahasia-rahasia di balik alam itu sehingga bisa mengetahui tentang keberadaan dan kebesaran Tuhan. Merusak alam dan lingkungan dalam berbagai bentuknya adalah cermin kebodohan dan kedangkalan manusia dalam memandang alam. Alam hanya dipandang sebagai obyek mati yang bebas dieksploitasi dan diperlakukan sewenang-wenang. Memandang dan memperlakukan alam semacam ini secara teologis maupun etis jelas sangat bertentangan dengan Islam.Apalagi kalau tindakan sewenang-wenang terhadap alam itu hanya karena untuk memenuhi hasrat ekonomi dan politik indifidu maupun kelompok.
Teologi praksis
Nilai-nilai normatif Islam mengenai alam semesta hendaknya menjadi landasan praksis dalam rangka menyelamatkan lingkungan. Dalam hal ini persoalan lingkungan atau alam semesta harus menjadi bagian integral dalam praktik keimanan umat Islam sehari-hari. Nilai pelestarian lingkungan dan alam semesta harus disepadankan dengan nilai ibadah ritual semisal sholat, puasa maupun haji. Ketika umat Islam diwajibkan sholat dan dihukumi dosa apabila meninggalkannya, maka hal ini juga terjadi pada persoalan pelestarian lingkungan.Umat Islam wajib menjaga lingkungan hidup sebagaimana ia wajib menjaga sholat. Perbuatan merusak lingkungan juga mengandung dosa besar sebagaimana ketika meninggalkan sholat atau puasa. Karena secara teologis, merusak lingkungan dan alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan sama halnya mengingkari keberadaan dan kebesaranNYA.
Selama ini kewajiban dan kesadaran menjaga lingkungan kurang mendapat apresiasi dari umat Islam. Padahal ini sebenarnya hal pokok yang menyangkut kehidupan di muka bumi. Hal-hal yang berkaitan dengan kelangsungan dan keselamatan hidup di muka bumi seharusnya menjadi agenda utama dalam sistem keagamaan umat Islam. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan seharusnya menjadi bagian penting dan prinsipil dalam praktik keagamaan umat Islam, baik secara personal maupun komunal. Kesadaran untuk senantiasa peduli terhadap keselamatan dan kelestarian lingkungan harus menjadi barometer keimanan dan kesalehan umat Islam.Mudah-mudahan dengan hadirnya konferensi Internasional Muslim I untuk perubahan iklim ini bisa menggugah kesadaran umat Islam secara menyeluruh untuk bergerak secara praksis dan berkelanjutan dalam menyelamatkan lingkungan.
*Muhammad Muhibbuddin adalah anggota studi filsafat ZAT Community Yogykarta.

No comments:

Post a Comment