Saturday, November 19, 2011

EKSPLOITASI AIR TANAH


Oleh : Muhammad Muhibbuddin*
Jakarta kini dikabarkan tengah terancam oleh intrusi air laut. Penyebab utamanya adalah adanya eksploitasi air tanah secara berlebihan. Air laut semakin banyak mengisi rongga tanah seiring dengan meningkatnya penyedotan air tanah. Intrusi air laut ini bisa menyebabkan lapuknya tanah dan berkibat pula pada rapuhnya bangunan. Eksploitasi  air tanah di Jakarta memang sudah tergolong melampaui batas. Hal ini mungkin diakibatkan oleh jumlah penduduk Jakarta yang sangat padat.Pengambilan air tanah di Jakarta saat ini mencapai 253,6 juta meter kubik per tahun. Padahal ambang batasnya hanya 186 juta meter kubik pertahun sehingga menjadi defisit sekitar 66,65 juta meter kubik per tahun (Kompas,28/9/2010).
Ancaman umum
Ancaman membahayakan yang terjadi di Jakarta itu pada dasarnya ancaman umum. Sebab, akar masalahnya terpusat pada eksploitasi air tanah.  Sementara eksploitasi air tanah kini cenderung terjadi di mana-mana. Bahaya ini akan berpotensi terjadi di manapun sepanjang eksploitasi air tanah terus terjadi. Ini terutama sangat mengancam di daerah pesisir. Daerah-daerah lain di luar Jakarta mungkin belum terasa. Tapi, seiring dengan perubahan waktu, bertambahnya penduduk dan meningkatnya kebutuhan  industri, tidak menutup kemungkinan hal yang sama juga bakal terjadi.
Tragedi intrusi itu kalau dicermati secara lebih luas merupakan fenomena ketidakseimbangan alam. Alam terbatas dalam menyediakan sumber daya (resource) termasuk air terhadap kehidupan. Ketika pasokan yang terbatas itu dikuras secara ekstrim tanpa ada upaya menggantinya, maka jelas yang terjadi adalah kerusakan (chaos). Ini memang persoalan pelik. Satu sisi sumber daya air yang tersedia di dalam perut bumi jumlahnya terbatas, sementara kebutuhan manusia terhadap air semakin tidak terbatas. Penggunaan air oleh masyarakat semakin sulit dikontrol karena jumlah penduduk semakin membludak. Sulitnya mengontrol penggunaan air ini membuat sulitnya melakukan pembatasan penggunaan air. Akibatnya, air seringkali digunakan seenaknya dan dibuang percuma tanpa mempertimbangkan kebutuhan  sewajarnya.
Eksploitasi air ini semakin parah dengan hadirnya komersialisasi dan kapitalisasi air oleh para kapitalis. Air tidak difungsikan secara wajar untuk kebutuhan manusia, tetapi sudah dikomoditaskan dan dikapitalisasikan untuk mengeruk keuntungan material. Sumber-sumber air menjadi ajang buruan para pemodal. Oleh para cukong kapitalisme air disedot hingga ke yang paling dasar. Isi perut bumi berupa air benar-benar dikuras habis oleh kelompok pemodal ini tanpa memperhitungkan efek buruk yang ditimbulkan. Jadi kalau dihubungkan dengan masalah intrusi air laut, para agen kapitalsime air ini sebenarnya trouble maker utama.
 Sebab, merekalah yang seenaknya menyedot air tanah untuk kepentingan komersialisasi. Kalau air laut itu akhirnya banyak mengisi rongga-rongga tanah yang bolong akibat penyedotan air tanah, para cukong kapitalisme air itulah yang membuat banyak rongga tanah itu. Mereka terus menerus berusaha membolongi dan menjebol bumi untuk disedot dan dikuras isinya. Penjebolan bumi oleh para kaptalis itu bahkan bukan sekedar untuk menyedot air, tetapi juga untuk sumber daya lain semacam minyak.Di sisi lain komersialisasi air ini juga difungsikan untuk kepentingan industri lain untuk melayani kebutuhan negara-negara maju (kapitalis). Negara-negara berkembang sengaja dipaksa untuk mengimpor produk-produk yang proses pembuatannya membutuhkan banyak air.
Secara gamblang itu disinggung oleh Fritjof Capra (The Hidden connection: A science for sustainable living:2003) bahwa negara-negara miskin sebaiknya berkonsentrasi memproduksi beberapa barang khusus untuk diekspor agar memperoleh devisa, dan mengimpor sebagian besar komoditas lain. Penekanan ini telah menyebabkan cepat terkurasnya sumber daya alam yang diperlukan untuk menghasilkan produk ekspor di berbagai negara----pengalihan air bersih dari sawah ke tambak udang; fokus pada tanaman yang butuh banyak air, seperti tebu, yang menyebabkan keringnya sungai; konversi lahan pertanian menjadi perkebunan tanaman niaga; dan migrasi paksa sejumlah besar petani dari tanah mereka. Dari semua itu jelas menunjukkan bahwa penyedotan air tanah secara berlebihan terutama dipicu oleh kepentingan kapitalisme.
Masalah penanganan
Melihat ancaman bahaya intrusi air laut di atas, persoalan selanjutnya adalah bagaimana pola menangani masalah ini. Pembangunan infrastruktur untuk menanggulangi bahaya intrusi tersebut jelas mutlak dibutuhkan seperti pembangunan sumur injeksi dan kolam penampung air. Tetapi pembangunan infrastruktur saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan penanganan secara radikal dan terkait terhadap masalah-masalah yang paling fundamental. Persoalan eksploitasi air tanah yang menyebabkan intrusi air laut ke dalam tanah bukan persoalan otonom. Secara luas ini persoalan lingkungan. Sementara persoalan lingkungan saat ini, seperti dikatakan oleh Bryant dan Beilly (2001) tidak bisa dipahami secara terpisah dari konteks politik dan ekonomi di mana masalah itu muncul. Ini artinya persoalan lingkungan termasuk eksploitasi air tanah sangat terkait erat dengan persoaalan ekonomi dan politik yang terjadi saat ini.
Maka, di samping melakukan pembangunan infrastruktur, langkah yang harus dilakukan adalah membatasi secara ketat penyedotan air tanah secara berlebihan dan eksploitatif dalam kontek ekonomi dan politik. Pembatasan ini utamanya ditujukan kepada pihak industri kapitalisme yang memfungsikan air bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi sudah diubah menjadi alat untuk mengeruk kekayaan. Akibat ulah para kapitalis penyedotan air dilakukan secara berlebihan sebagai konsekuensi dari proyek komersialisasi.Akibat komersialisasi dan kapitalisasi ini, penggunaan air  melampaui batas ukuran normal. Ini harus tegas dilakukan secara konkrit. Tanpa ketegasan ini sulit untuk mengatasi masalah persoalan air, termasuk intrusi. Meskipun infrastruktur penanggulangan dibangun, tetapi kalau liberalisasi dan komersialisasi penyedotan air oleh agen kapitalis tetap dibuka lebar, maka bahaya akan tetap mengancam.
 *Muhammad Muhibbuddin adalah anggota studi filsafat ZAT Community Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment